Rekombinan eritropoetin α manusia.
Anemia yg berhubungan dg gagal ginjal kronis pd pasien dws yg menjalani hemodialisis & dialisis peritoneal. Anemia berat yg berasal dari ginjal disertai gejala klinis pd pasien dws dg insufisiensi ginjal yg belum menjalani dialisis. Anemia & pengurangan kebutuhan transfusi pd pasien dws yg mendapat kemoterapi. Memfasilitasi pengambilan darah autolog dalam program predeposit & menurunkan risiko menerima transfusi darah alogenik pd pasien dg anemia sedang yg dijadwalkan utk operasi elektif mayor & diperkirakan memerlukan lebih banyak darah daripada yg dapat diperoleh melalui teknik pengambilan darah autolog tanpa epoetin α. Menambah eritropoiesis dalam periode peri op untuk mengurangi transfusi darah alogenik & memperbaiki anemia pasca operasi pd pasien dws yg tdk mengalami kekurangan zat besi, yg menjalani bedah ortopedi elektif mayor. Anemia pda pasien terinfeksi HIV simptomatik yg diobati dg AZT (zidovudin) & yg tergantung transfusi.
IV Pasien hemodialisis dewasa Fase koreksi: 50 IU/kg 3 x/minggu. Sesuaikan dosis dengan penambahan 25 IU/kg 3 x/minggu dg interval minimal 4 minggu hingga konsentrasi Hb target tercapai. Fase pemeliharaan: Dosis individual. Dosis total mingguan yg dianjurkan: 75-300 IU/kg. Pasien bedah dalam program predonasi otologus 600 IU/kg, 2 x/minggu selama 3 minggu sblm op. IV/SK Pasien dialisis peritoneal dewasa Fase koreksi: 50 IU/kg 3 x/minggu. Sesuaikan dosis dg penambahan 25 IU/kg 3 x/minggu dg interval minimal 4 minggu hingga kadar Hb target tercapai. Fase pemeliharaan: 17-33 IU/kg 3 kali/minggu. Maks: 200 IU/kg 3 x/minggu. Pasien dg insufisiensi ginjal yg belum menjalani dialisis Fase koreksi: 50 IU/kg 3 x/minggu. Sesuaikan dosis dengan penambahan 25 IU/kg 3 x/minggu dg interval minimal 4 minggu. Fase pemeliharaan: 17-33 IU/kg 3 x/minggu. Maks: 200 IU/kg 3 x/minggu. Pasien terinfeksi HIV yang diobati dengan AZT (Zidovudin) Dosis awal: 100 IU/kg 3 x/minggu selama 8 minggu. Dosis dapat ditingkatkan dg penambahan 50-100 IU/kg 3 x/minggu sblm evaluasi ulang ssdh 4-8 minggu. Dosis pemeliharaan: Titrasi dosis untuk mempertahankan respons yg diinginkan. Jika nilai Hb melebihi 12 g/dL, tahan dosis sementara hingga nilai Hb turun <12 g/dL. Lanjutkan dosis pada <25% dari dosis sebelumnya & titrasi untuk mempertahankan nilai Hb yg diinginkan. SK Dws Pasien dg anemia akibat kemoterapi Awalnya 150 IU/kg 3 x/minggu. Jika nilai Hb meningkat setidaknya 1 g/dL atau jumlah retikulosit meningkat ≥40.000 sel/µL di atas garis dasar ssdh 4 minggu, lanjutkan dosis saat ini. Jika nilai Hb tdk meningkat ≥1 g/dL & jumlah retikulosit tdk meningkat ≥40.000 sel/µL di atas garis dasar setelah 4 minggu, tingkatkan dosis awal menjadi 300 IU/kg 3 x/minggu. Pertahankan dosis pd 300 IU/kg 3 kx/minggu, jika setelah 4 minggu tambahan nilai Hb meningkat ≥1 g/dL atau jumlah retikulosit meningkat ≥40.000 sel/µL. Hentikan terapi, jika setelah 4 minggu tambahan nilai Hb meningkat <1 g/dL & jumlah retikulosit meningkat <40.000 sel/µL di atas garis dasar. Pasien peri op tanpa donasi darah otologus Dosis yang dianjurkan: 600 IU/kg diberikan setiap minggu selama 3 minggu, hari ke-21, ke-14, & ke-7 sebelum operasi & pada hari operasi. Pasien yg dijadwalkan operasi ortopedi elektif mayor Dosis yg dianjurkan: 600 IU/kg diberikan setiap minggu selama 3 minggu, hari ke-21, ke-14, & ke-7 sebelum operasi & pada hari operasi. Jika ada kebutuhan untuk memperpendek waktu tunggu sebelum operasi menjadi <3 minggu, berikan 300 IU/kg/hr selama 10 hr berturut-turut sebelum & pd hr operasi & selama 4 hari segera setelahnya.
Hipersensitivitas. Pasien yg mengalami aplasia sel darah merah murni (PRCA) ssdh pengobatan dg eritropoietin apa pun. Hipertensi yg tdk terkendali. Kontraindikasi yg terkait program predonasi darah otologus. Penyakit koroner, arteri perifer, karotis, atau serebrovaskular yg berat, infark miokard atau stroke baru-baru ini pd pasien yg dijadwalkan utk operasi ortopedi elektif mayor & tdk berpartisipasi dalam program pradonasi darah otologus. Pasien yg tdk dapat menerima profilaksis antitrombotik yg memadai. Pasien dg infark miokard atau stroke dalam bulan-bulan sblm pengobatan, angina pektoris tidak stabil, peningkatan risiko DVT (misalnya riwayat penyakit tromboemboli vena).
Pantau dan kendalikan tekanan darah secara ketat sebelum memulai pengobatan. Mulai atau tingkatkan pengobatan antihipertensi selama terapi jika terjadi hipertensi yang tidak diobati, tidak diobati dengan baik, atau sulit dikendalikan; hentikan pengobatan jika tekanan darah tidak dapat dikendalikan. Krisis hipertensi dengan ensefalopati dan kejang dapat terjadi pada pasien dengan tekanan darah normal atau rendah sebelumnya; diperlukan perawatan medis segera dan intensif. Berikan perhatian khusus pada sakit kepala seperti migrain yang tiba-tiba menusuk. Pasien dengan epilepsi, riwayat kejang, atau kondisi medis yang terkait dengan kecenderungan aktivitas kejang, misalnya, infeksi SSP dan metastasis otak; penyakit hematologi yang mendasari (misalnya, anemia hemolitik, anemia sel sabit, talasemia, porfiria). Peningkatan risiko kejadian vaskular trombotik, misalnya, trombosis dan emboli vena dan arteri (misalnya, DVT, emboli paru, trombosis retina dan infark miokard). Kecelakaan serebrovaskular (misalnya, infark & perdarahan serebral, & serangan iskemik transien). Pantau kadar Hb secara ketat karena potensi peningkatan risiko kejadian tromboemboli & hasil yang fatal ketika kadar Hb diobati di atas kisaran konsentrasi. Peningkatan jumlah trombosit yang bergantung pada dosis sedang; trombositemia di atas kisaran normal. Pantau jumlah trombosit secara teratur selama 8 minggu pertama terapi. Evaluasi & obati semua penyebab anemia lainnya (defisiensi Fe, folat atau vit B12, intoksikasi Al, infeksi atau peradangan, kehilangan darah, hemolisis & fibrosis sumsum tulang dari sumber mana pun) sebelum memulai terapi dengan Epoetin-α. Segera hentikan penggunaan jika anti-eritropoietin, PRCA yang dimediasi Ab diduga. Ukur kadar Hb secara teratur hingga stabil & secara berkala setelahnya pada pasien gagal ginjal kronis & kanker. Pastikan pasien memiliki simpanan zat besi atau suplementasi zat besi yg mencukupi. Pertimbangkan & evaluasi etiologi lain termasuk anemia defisiensi Fe jika pasien yg terinfeksi HIV gagal merespons atau mempertahankan respons terhadap Epoetin-α. Penggantian volume rutin pd pasien bedah dalam program predonasi otologus. Tdk boleh digunakan pd pasien peri op dg Hb awal >13 g/dL (8,1 mmol/L). Peningkatan risiko HTN selama fase awal pengobatan dapat memengaruhi kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. Pantau elektrolit serum pg pasien dg ggn ginjal kronis. Gagn hati kronik. Peningkatan eritropoiesis pd pasien dg ggn hati krn penurunan metabolisme. Tdk dianjurkan pd pasien bedah yg sedang hamil & menyusui dalam program predonasi darah otologus. Anak. Lansia.
Peningkatan TD yg tergantung dosis atau perburukan hipertensi yg ada. Diare, mual, sakit kepala, penyakit yg menyerupai flu (misalnya, nyeri sendi, mialgia, pusing & kelelahan), demam, ruam, muntah, trombosis vena dalam, emboli paru, kejang.
Dpt memengaruhi respons terapeutik jika diberikan besama dg obat yg dpt memengaruhi eritropoiesis. Berpotensi mengalami interaksi dg siklosporin.Potensial dgn agen hemalitik.
B03XA01 - erythropoietin ; Belongs to the class of other antianemic preparations. Used in the treatment of anemia.
Epodion inj 10,000 IU/mL
6 × 1's
Epodion inj 2,000 IU/0.5 mL
(pre-filled syringe) 6 × 1's
Epodion inj 3,000 IU/0.3 mL
(pre-filled syringe) 6 × 1's
Epodion inj 4,000 IU/0.4 mL
(pre-filled syringe) 6 × 1's