Triplixam

Triplixam

Produsen:

Servier

Agen Pemasaran:

Servier
Bahasa Concise Prescribing Info
Komposisi
Per tab salut selaput 5 mg/1.25 mg/5 mg Perindopril arginin 5 mg, indapamid 1.25 mg, amlodipin 5 mg. Per tab salut selaput 5 mg/1.25 mg/10 mg Perindopril arginin 5 mg, indapamid 1.25 mg, amlodipin 10 mg. Per tab salut selaput 10 mg/2.5 mg/10 mg Perindopril arginin 10 mg, indapamid 2.5 mg, amlodipin 10 mg
Indikasi/Kegunaan
Terapi pengganti utk pengobatan hipertensi esensial, pd pasien yg telah terkontrol dg obat kombinasi perindopril, indapamid, & amlodipin yg dikonsumsi dg level dosis yg sama.
Dosis/Cara Penggunaan
1 tab/hr, sebagiknya pd pagi hr. Jika diperlukan perubahan posologi, titrasi dosis hrs dilakukan dg komponen individual.
Pemberian
Sebaiknya diberikan pada saat perut kosong: Diminum sblm makan.
Kontraindikasi
Hipersensitif thd perindopril arginin, indapamid, amlodipin, sulfonamid lain, turunan dihidropiridin, ACE inhibitor lainnya. pasien dialisis. Pasien gagal jantung dekompensasi yg tdk diobati. Riwayat angioedema (edema Quincke) terkait dg terapi ACE inhibitor sebelumnya. Angioedema herediter/idiopatik. Hipokalemia. hipotensi berat. Syok, termasuk syok kardiogenik. Obstruksi saluran keluar dr ventrikel kiri (misalnya, stenosis aorta tingkat tinggi). Gagal jantung yg tdk stabil scr hemodinamik ssdh infark miokard akut. Penggunaan bersamaan Triplixam dg produk yg mgd aliskiren pd pasien dg DM atau ggn ginjal (laju filtrasi glomerulus <60 mL/min/1,73 m2), penggunaan bersamaan dg terapi sakubitril/valsartan. Triplixam tdk boleh dimulai lebih awal dari 36 jam ssdh pemberian dosis terakhir sacubitril/valsartan, perawatan ekstrakorporeal yg menyebabkan kontak darah dg permukaan bermuatan negatif, stenosis arteri ginjal bilateral yg signifikan atau stenosis arteri ke satu ginjal yg berfungsi. Ggn ginjal berat (bersihan kreatinin <30 mL/menit). Ggn ginjal sedang (bersihan kreatinin <60 mL/mnt) utk Triplixam 10 mg/2,5 mg/10 mg. Ensefalopati hepatik. Ggn hati berat. Hamil trimester 2 & 3.
Perhatian Khusus
Tidak cocok untuk terapi awal. Blokade ganda RAAS: ACE inhibitor & ARB tidak boleh digunakan bersamaan pd pasien nefropati diabetik. Neutropenia/agranulositosis/trombositopenia/anemia: Hati-hati jika ada penyakit pembuluh darah kolagen, terapi imunosupresan, pengobatan dg allopurinol atau procainamide, atau kombinasi dari faktor-faktor penyulit ini, terutama jika tjd gangguan fungsi ginjal sudah ada sebelumnya. Pantau jumlah sel darah putih. hipertensi renovaskular: Peningkatan risiko hipotensi & insufisiensi ginjal pd pasien dg stenosis arteri ginjal bilateral atau stenosis arteri ke satu ginjal yg masih berfungsi. Diuretik mungkin merupakan faktor yg berkontribusi. Ggn fungsi ginjal dpt terjadi (perubahan kecil pd kreatinin serum) bahkan pd pasien dg stenosis arteri ginjal unilateral. Hipersensitivitas/angioedema, angioedema intestinal: Hentikan pengobatan & pantau sampai gejala sembuh total. Angioedema yg berhubungan dg edema laring dpt berakibat fatal. Kombinasi dg sacubitril/valsartan (dikontraindikasikan karena peningkatan risiko angioedema). Terapii sacubitril/valsartan tdk boleh dimulai sampai 36 jam ssdh pemberian dosis terakhir terapi perindopril. Terapi perindopril tdk boleh dimulai sampai 36 jam ssdh pemberian dosis terakhir sacubitril/valsartan. Penggunaan bersama penghambat ACE dg penghambat NEP (misalnya, racecadotril), penghambat mTOR (misalnya, sirolimus, everolimus, temsirolimus) & gliptin (misalnya, linagliptin, saxagliptin, sitagliptin, vildagliptin) dpt menyebabkan peningkatan risiko angioedema (misalnya, pembengkakan saluran napas atau lidah, dg atau tanpa ada gangguan pernapasan). Perhatian harus diberikan saat memulai racecadotril, inhibitor mTOR (misalnya, sirolimus, everolimus, temsirolimus) & gliptin (misalnya, linagliptin, saxagliptin, sitagliptin, vildagliptin) pd pasien yg sudah menggunakan inhibitor ACE. Reaksi anafilaktoid selama desensitisasi: Hati-hati pada pasien alergi yang diobati dengan desensitisasi & hindari imunoterapi racun. Untuk sementara dengan penghentian ACE inhibitor setidaknya 24 jam sebelum desensitisasi. Reaksi anafilaktoid selama aferesis LDL: Untuk sementara dengan menahan ACE inhibitor sebelum setiap aferesis. Pasien hemodialisis: Pertimbangan untuk menggunakan membran dialisis selain fluks tinggi atau agen antihipertensi selain penghambat ACE. Aldosteronisme primer: Penggunaan tidak dianjurkan pada pasien dengan hiperaldosteronisme primer (tidak berespons terhadap obat yang bekerja melalui penghambatan sistem renin-angiotensin). Kehamilan: Tidak ada inisiasi selama kehamilan, hentikan pengobatan & mulai terapi alternatif jika sesuai. Ensefalopati hepatik yang dapat berkembang menjadi koma hepatik: Hentikan pengobatan. Fotosensitifitas: Hentikan pengobatan. Fungsi ginjal: Pada pasien hipertensi tertentu tanpa lesi ginjal nyata yang sudah ada sebelumnya & yang tes darah ginjal menunjukkan insufisiensi ginjal, hentikan pengobatan & mulai kembali dengan dosis rendah atau hanya dengan 1 konstituen. Pemantauan K & kreatinin, setelah 2 minggu pengobatan & kemudian setiap 2 bulan selama periode stabilitas terapeutik. Jika stenosis arteri ginjal bilateral atau ginjal berfungsi tunggal: Tidak dianjurkan. Risiko hipotensi arteri &/atau insufisiensi ginjal (pada kasus insufisiensi jantung, kekurangan air & elektrolit, pada pasien dengan TD rendah, stenosis arteri ginjal, CHF atau sirosis dengan edema & asites): Mulai pengobatan dengan dosis rendah & tingkatkan secara progresif . Hipotensi & deplesi air & Na: Risiko hipotensi mendadak dengan adanya deplesi Na yang sudah ada sebelumnya (khususnya jika stenosis arteri renalis): Pemantauan elektrolit plasma, kembalikan tekanan & vol darah, ulangi pengobatan dengan dosis yang dikurangi atau dengan konstituennya hanya 1 saja. Kadar Na: Pemantauan lebih sering pada pasien lanjut usia & sirosis. Kadar K: Hiperkalemia: Pemantauan K serum jika insufisiensi ginjal, perburukan fungsi ginjal, usia (>70 thn), DM, kejadian penyerta, terutama dehidrasi, dekompensasi jantung akut, asidosis metabolik & penggunaan bersama diuretik hemat K, K suplemen atau garam K, atau obat lain yg berhubungan dg peningkatan K serum & terutama antagonis aldosteron atau ARB. Hipokalemia: Risiko tinggi untuk pasien lanjut usia &/atau malnutrisi, pasien sirosis dengan edema & asites, pasien koroner, pasien gagal ginjal atau gagal jantung, interval QT yang panjang: Pemantauan K serum, dapat menyebabkan gangguan otot & rhabdomyolysis, mungkin mendukung timbulnya Torsades de pointes, yang dapat berakibat fatal: Terkait dengan hipomagnesemia dpt menjadi refrakter thd pengobatan kecuali jika dilakukan koreksi thd kadar Mg serum. Kadar Ca: Hiperkalsemia: Hentikan pengobatan sblm dilakukan investigasi fungsi paratiroid. HTN renovaskular: Jika stenosis arteri ginjal: Mulai pengobatan di rumah sakit dg dosis rendah; pantau fungsi ginjal & K. Batuk kering. Aterosklerosis: Mulai pengobatan dg dosis rendah pd pasien dg penyakit jantung iskemik atau insufisiensi sirkulasi serebral. Krisis hipertensi. Gagal jantung/insufisiensi jantung berat: Hati-hati jika terjadi gagal jantung. Insufisiensi jantung berat (tingkat IV): Mulai pengobatan di bawah pengawasan medis dg pengurangan dosis awal. Stenosis katup aorta atau mitral/kardiomiopati hipertrofik: Hati-hati jika terjadi obstruksi pd saluran keluar ventrikel kiri. Pasien diabetes: Jika IDDM, mulai pengobatan di bawah pengawasan medis dengan pengurangan dosis awal; pantau glukosa darah selama bulan pertama &/atau pd kasus hipokalemia. Orang kulit hitam: Insiden angioedema lebih tinggi & tampaknya kurang efektif dlm menurunkan tekanan darah dibandingkan orang non-kulit hitam. Pembedahan/anestesi: Hentikan pengobatan 1 hr sblm op. Ggn hati: Ringan sampai sedang: Perhatian. Jarang: ACE inhibitor dikaitkan dg sindrom yg dimulai dg ikterus kolestatik & berkembang menjadi nekrosis hati fulminan & (kadang-kadang) kematian. Hentikan pengobatan jika penyakit kuning atau peningkatan enzim hati  yg jelas. Asam urat: Hiperurisemia: Meningkatnya kecenderungan serangan gout. Eksipien: Bebas Na. Efusi koroid, miopia akut & glaukoma sudut tertutup sekunder: Hentikan asupan obat sesegera mungkin. Perawatan medis atau bedah segera mungkin perlu dipertimbangkan jika TIO tetap tdk terkontrol. Atlet: Dpt menyebabkan hasil tes doping positif. Sebaiknya tdk digunakan pd pasien anak. Lansia: Lakukan tes fungsi ginjal & kadar K sblm memulai terapi. Dosis ditingkatkan scr hati-hati..
Efek Samping
Hipokalemia, pusing, sakit kepala, parestesia, vertigo, somnolen, dysgeusia, gangguan penglihatan, diplopia, tinnitus, palpitasi, pembilasan, hipotensi (& efek yg berhubungan dg hipotensi), batuk, dyspnoea, sakit perut, sembelit, diare, dispepsia, mual, muntah , perubahan kebiasaan buang air besar, pruritus, ruam, ruam makulopapular, kejang otot, pembengkakan pergelangan kaki, astenia, kelelahan. Rhinitis, eosinofilia, hipersensitivitas, hipoglikemia, hiperkalemia reversibel pada penghentian, hiponatremia, insomnia, perubahan suasana hati (termasuk kecemasan), depresi, gangguan tidur, hipoestesia, tremor, sinkop, takikardia, aritmia (termasuk bradikardia, takikardia ventrikel & fibrilasi atrium), vaskulitis , bronkospasme, mulut kering, urtikaria, angioedema, alopesia, purpura, perubahan warna kulit, hiperhidrosis, eksantema, reaksi fotosensitivitas, pemfigoid, artralgia, mialgia, nyeri punggung, gangguan berkemih, nokturia, pollakiuria, gagal ginjal, disfungsi ereksi, ginekomastia, nyeri, nyeri dada, malaise, edema perifer, pireksia, peningkatan BB, penurunan BB, peningkatan ureum darah, peningkatan kreatinin darah, jatuh. SIADH, anuria/oliguria, gagal ginjal akut, hipokloremia, hipomagnesemia, kebingungan mental, peningkatan bilirubin darah, peningkatan enzim hati, psoriasis. Agranulositosis, anemia aplastik, pansitopenia, leukopenia, neutropenia, anemia hemolitik, trombositopenia, reaksi alergi, hiperglikemia, hiperkalsemia, hipertonia, neuropati perifer, stroke kemungkinan sekunder akibat hipotensi berlebihan pd pasien berisiko tinggi, angina pektoris, MI, kemungkinan sekunder akibat hipotensi berlebihan pada pasien risiko tinggi, pneumonia eosinofilik, hiperplasia gingiva, pankreatitis, gastritis, hepatitis, penyakit kuning, kelainan fungsi hati, eritema multiforme, SJS, dermatitis eksfoliatif, TEN, edema Quincke, hemoglobin menurun & hematokrit menurun. Gangguan ekstrapiramidal (sindrom ekstrapiramidal), miopia, penglihatan kabur, glaukoma sudut tertutup akut, efusi koroid, Torsades de pointes (berpotensi fatal), rhabdomiolisis, kelemahan otot, kemungkinan timbulnya ensefalopati hepatik jika terjadi insufisiensi hati, kemungkinan perburukan SLE yg sudah ada sebelumnya, pemanjangan interval QT pd hsl EKG, peningkatan kadar glukosa darah, peningkatan kadar asam urat darah. Fenomena Raynaud.
Interaksi Obat
Obat-obatan yg meningkatkan risiko angioedema: Sakubitril/valsartan, racecadotril, mTOR inhibitor (mis., sirolimus, everolimus, temsirolimus), & gliptin (mis., linagliptin, saxagliptin, sitagliptin, vildagliptin). Obat yg menginduksi hiperkalemia: Aliskiren, garam K, diuretik hemat K, penghambat ACE, AIIA, NSAID, heparin, agen imunosupresan misalnya siklosporin atau takrolimus, trimetoprim & kotrimoksazol (trimetoprim/sulfametoksazol). Kontraindikasi: Aliskiren pd pasien diabetes atau gangguan ginjal, perawatan ekstrakorporeal. Tidak direkomendasikan: Litium, aliskiren pd pasien selain diabetes atau pasien gangguan ginjal, terapi bersamaan dg ACE inhibitor & ARB, estramustin, obat hemat K (misalnya, triamteren, amilorid), garam K, dantrolen (infus), jus jeruk grapefruit atau buah jeruk grapefruit. Perawatan khusus: Baklofen, produk obat antiinflamasi nonsteroid (termasuk asam asetil salisilat dosis tinggi), obat antidiabetes (insulin, agen hipoglikemik), diuretik hemat K & diuretik hemat K (eplerenon, spironolakton), Torsades de pointes obat penginduksi, amfoterisin B (rute IV), glukokortikoid & mineralokortikoid (rute sistemik), tetracosactide, pencahar stimulan, glikosida jantung, allopurinol, penginduksi CYP3A4, penghambat CYP3A4. Utk dipertimbangkan: Antidepresan seperti imipramin (trisiklik), neuroleptik, agen antihipertensi lainnya & vasodilatator, tetrakosaktid, allopurinol, agen sitostatik atau imunosupresif, kortikosteroid sistemik atau prokainamid, obat anestesi, diuretik (tiazid atau loop diuretic), simpatomimetik, preparat emas, metformin, media kontras beryodium, Ca (garam), siklosporin, atorvastatin, digoksin, warfarin, tacrolimus, simvastatin, inhibitor mTOR.
Klasifikasi MIMS
ACE Inhibitor/Direct Renin Inhibitor / Antagonis Kalsium / Diuretik
Klasifikasi Kimiawi Terapeutik Anatomis
C09BX01 - perindopril, amlodipine and indapamide ; Belongs to the class of ACE inhibitors and other combinations. Used in the treatment of cardiovascular disease.
Bentuk Sediaan/Kemasan
Form
Triplixam 10 mg/2.5 mg/10 mg tab salut selaput
Packing/Price
30's (Rp724,182/botol)
Form
Triplixam 5 mg/1.25 mg/10 mg tab salut selaput
Packing/Price
30's (Rp567,752/botol)
Form
Triplixam 5 mg/1.25 mg/5 mg tab salut selaput
Packing/Price
30's (Rp567,752/botol)
Daftar Gratis untuk melanjutkan membaca
Sumber terlengkap se-Asia untuk informasi medis, referensi klinis, dan pendidikan
Sudah punya akun? Masuk